One Day
Oleh : Adelia Khansa F. M.
Siswa kelas 5C MIN 2 Kota Madiun
Sorot matanya mengecewakan. Sore yang indah dimata semua orang kecuali Nindi. Dia benar-benar tak tahu harus berbuat apa. Ini adalah kali ketiga Nindi diberi sanksi karena telah mengumpulkan tugas melewati deadline. Alasannya sebenarnya simple kok. Sekolahnya menggunakan aplikasi baru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Ya, tepat sekali. Nindi belum bisa beradaptasi dengan aplikasi baru itu. Bukan apa-apa, tapi Nindi merupakan satu dari sekian banyak orang yang tidak mudah beradaptasi dengan aturan baru, eh bukan, pokoknya apapun yang baru.
“Ah, bagaimana ini?” Gerutu Nindi. Dia membanting dirinya ke kasur. Kemudian meraih ponselnya dan mengetikkan sebuah kalimat dengan huruf besar di story What’sapp-nya. “GABUT. YANG ON CHAT” Kira-kira seperti itu sebuah “Behind the Scene” story What’sapp gabut. Nindi meletakkan ponsel dan menutupi wajahnya dengan bantal.
“Nyesel banget ah. Pas sekolah kok nggak bersyukur. Malah pengennya belajar di rumah. Dah belajar di rumah, eh, nggak sesuai ekspektasi.”
Tak lama, ponselnya bergetar. Sepertinya ada yang menelpon Nindi. “Ngapain Katrin telpon sore-sore gini? Eh, tapi nggak apa-apalah.”
KLIK! “Nindi, hai. Selamat sore. Aku baru aja launching stiker baru di olshopku. Coba deh cek, udah bisa dibuka belum. Bagus-bagus lho, laminasi glossy, bagus banget buat di tempel-tempelin di buku jurnal kamu dan har…….”
“Sorry nih, sorry ya. Omonganmu dah aku potong. But, kamu telpon aku cuma buat ngasih tau itu doang?” Tanya Nindi.
“Mungkin sih. Lebih tepatnya iya.” Nindi menghela napas. Temannya itu merupakan anak ekskul desain yang pastinya suka mendesain apapun. Dan sekarang, dia sedang membuka toko online yang menjual hasil desain dan DIY-nya.
“Please dong Nin, aku kerja keras seminggu sampai nggak tidur dua hari. Ayo dong, lima ribu aja udah dapet ukuran A5.” Bujuk Katrin.
“Biasanya lima belas ribuan, sekarang turun ya? Boleh juga. Nama webnya?” “bykatrinie.com, dijamin nggak nyesel beli itu. By the way bukan harganya turun ya.
Yang lima belas ribu itu sticker set, jadi ada stiker kecil-kecil lima puluh biji dua puluh lima desain.” Katrin tak henti-hentinya meracuni Nindi untuk membeli stiker di olshopnya tersebut, dan sepertinya berhasil.
“Wuah. Bagus banget. Ini yakin kamu yang nggambar? Yang kodenya CAS01 aku beli dua. Sama yang EDG05 satu aja. Dianter kapan?”
Katrin bersorak riang dan berkata, “Nanti aku anter ke rumahmu, kan deket.” Ujar Katrin bersemangat.
“Eh Rin, hehe. Ini mungkin agak nggak nyambung. Tapi besok ada ujian nggak? Nggak ada ya kan?” Tanya Nindi lagi meski dalam hatinya ia yakin tak akan ada ujian besok.
“Ada lho, matematika bab volume kubus dan balok. Eh, sama IPA, gampang sih bab ekosistem.” Jawab Katrin santai. Katrin tak tahu jikalau Nindi sudah berkeringat dingin karena dia berkata begitu.
“ASTAGA! Dua pelajaran satu hari?!” Balas Nindi tak percaya.
“Mmm…hmm.” Jawab Katrin lagi.
“Itu kamu ngecek-nya dimana? Di E-Learning ku kok nggak ada ya?” Nindi gusar, tak tahu harus berbuat apa. Kalau ini semua mimpi, ini adalah mimpi terburuk yang pernah Nindi alami.
“Di notification pasti muncul kalau ada tugas atau ujian. Kalau nggak ada notif sama sekali gitu biasanya kamu belum turn-on notificationnya.” Jelas Katrin panjang lebar. “Oh astaga, tiga bulan lewat kok aku baru tahu ada tombol on-off notifikasi disini. Ok Rin, makasih banyak.”
“Eh, mama nyuruh aku mandi, lanjut nanti ya Nin. Bye ya!”
KLIK! Panggilan suara dimatikan Katrin.
“Masih ada waktu buat ngeperbaikin nilai. Bahaya nih kalau rapot semester satu nilainya terjun bebas.” Gumam Nindi.
Hari ini hari pembagian rapot. Tepatnya tiga bulan setelah Nindi menyalakan notifikasi di E-Learningnya. Dan beruntung saat itu Nindi masih diberi kesempatan untuk memperbaiki nilai. Ya meski, nilainya turun dua puluh poin jika dibandingkan semester dua kelas empat tahun lalu. Rankingnya turun satu angka menjadi ranking dua, entah siapa si juara kelas semester ini. Yang pasti, Nindi benar-benar ingin memperbaiki nilai untuk semester dua yang akan datang.
Pagi hari yang indah, libur panjang dua minggu telah berakhir. Saatnya kembali belajar. Nindi membuat target belajar dan goal yang harus dicapainya semester ini. “Nilai diatas 80, eh enggak. Diatas 90 aja, goalnya rapot A semua yeah.” Ujar Nindi. Nindi juga mengurangi waktu bermainnya dan lebih fokus belajar. Dia sudah mulai akrab dengan semua menu di E-Learning. Dia tidak pernah terlambat mengumpulkan tugas. Dia mencatat semua tugas di buku pintar beserta dengan batas waktu pengumpulannya. Setiap ada tugas baru, meskipun batas waktu pengumpulannya masih lama, selalu dikerjakan pada hari itu juga. Jangan menunda mengerjakan tugas. Itu prinsip barunya. Dan semua berjalan sesuai dengan harapan Nindi, ia mendapat nilai 100 empat kali berturut-turut. Nindi benar-benar tak sabar ingin melihat rapot semeseter duanya. Apakah naik atau malah sama saja?
Tinggalkan Komentar